HAMA DAN PENYAKIT
Oleh. Muhammad Ali Efendi, S.Si, M.Si
Hama
dan penakit merupakan masalah yang sering dihadapi oleh petani. Hama
dan penyakit bersifat merugikan karena bisa mempengaruhi perkembangan
dan pertumbuhan tanaman budidaya, bahkan bisa menurunkan kualitaas dan
kuantitas hasil panen.
Hama
adalah hewan pengganggu, sedangkan penyakit adalah mikroorganisme
pengganggu. Salah satu contoh hama adalah tikus, belalang, ulat, wereng,
flutella dan sebagainya. Jamur, bakteri, virus dan protozoa merupakan
penyakit.
Untuk menanggulangi hama dan
penyakit, petani biasanya menggunakan bahan kimia yang berupa pestisida,
rodentisida, fungisida, dan sebagainya. Kelebihan bahan kimia untuk
menanggulangi hama dan penyakit adalah penanggulangan bersifat cepat dan
mematikan. Tetapi dampak negatifnya sangat luar biasa. Diantaranya
banyak organisme non target yang mati. misalnya organisme penyubur tanah
(Lumbricus terestris), tingkat kesuburan tanah menurun, tingkat
keanekaragaman hayati menurun, hasil panennya tidak aman bagi kesehatan
dan yang tidak kalah membahayakan adalah adanya biomagnifikasi.
Biomagnifikasi atau pemekatan hayati adalah peningkatan kadar polutan
pada tubuh makhluk hidup melalui peristiwa makan dan dimakan (food chain or food web).
Pengendalian
hayati adalah salah satu solusi. Pengendalian hayati dilakukan untuk
menanggulangi hama dan penyakit dengan menggunakan agent alamiah.
Pengendalian ini menggunakan prinsip peristiwa makan dan dimakan. Adanya
hama dikarenakan menurunnya atau bahkan punahnya predator dari hama
tersebut. Misalnya hama tikus terjadi karena keberadaan populasi ular
dan burung pemakang tikus keberadaannya di daerah tersebut berkurang
bahkan punah; hama ulat bulu yang sekarang terjadi di beberapa kabupaten
di Jawa Timur juga dikarenakan keberadaan populasi predator ulat bulu
berkurang.
Pengendalian hayati
memiliki beberapa keuntungan, diantaranya bersifat ramah lingkungan,
murah dalam pembiayaan, dan tidak bersifat membunuh organisme selain
organisme target. Tetapi kekurangan dari pengendalian hayati adalah
bersifat lambat dalam menangani hama dan penyakit. Padahal hama dan
penyakit bersifat cepat dalam merusak tanaman pertanian. Makanya kita
tidak bisa menyalahkan petani yang lebih memilih penggunaan bahan kimia
dalam pengendalian hama dan penyakit daripada menerapkan pengendalian
hayati.